Konsep Manajemen Right First Time dalam Manufacturing

Dalam manufacturing, Anda mungkin akan sering mendengar istilah Right First Time (RFT) atau yang biasa disebut dengan First Time Through maupun First Time Right. Pasalnya, istilah RFT untuk First Time Quality (FTQ) merupakan konsep pengukuran untuk memastikan semua aktivitas dilakukan dengan cara yang benar sedari awal atau pada awalnya.

Ketika semua aktivitas dilakukan dengan benar, maka output yang dihasilkan juga akan berkualitas sesuai dengan permintaan pelanggan. Right First Time adalah konsep manajemen mutu dengan tujuan untuk mengetahui lebih awal ketika ada permasalahan yang timbul.

Hal ini sangat berguna untuk menghindari terjadinya cacat pada produk yang dihasilkan, maupun pengerjaan ulang terhadap proses tersebut. Pada pelaksanaannya, lean manufacturing sendiri menerapkan stop line (berhenti) dalam melanjutkan pekerjaan untuk memperbaiki dan mendapatkan kualitas produk yang bagus.

Ini mungkin akan terlihat sulit dilakukan oleh perusahaan. Sebab, hal ini akan berdampak kepada turunnya hasil produksi. Sudut pandang seperti ini kerap kali terjadi disebabkan pola pikir dari senior yang kurang memahami tentang bagaimana menghentikan hasil pekerjaan yang tidak bagus dan memiliki potensi dalam menimbulkan defect produk yang dihasilkan.

Baca Juga: Mengembangkan Perusahaan dari Tradisional Menjadi Cerdas

Alhasil, tanpa sadar, pelanggan menjadi orang yang dapat mengevaluasi hasil kerja seseorang maupun produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam pencapaian RFT, sangat dibutuhkan pelaksanaan Build in Quality (BIQ) atau In Station Quality (ISQ). ISQ berarti tidak pernah membiarkan hasil kerja yang cacat lolos ke produksi akhir.

Cara Membangun Kebudayaan Right First Time (RFT)

Right First Time secara kualitas ialah metode paling efisien untuk menghilangkan pemborosan dengan mengurangi segala sesuatu yang tidak dilakukan dengan benar pertama kali.

Konsep ini dikenal untuk melibatkan dan memastikan bahwa semua kegiatan dilakukan dengan cara yang benar pertama kali. Menyelesaikan semua layanan dengan benar untuk pertama kali bukanlah hal yang mudah, tetapi konsisten serta berkomitmen melakukannya dapat menjadi cara yang efektif bagi bisnis untuk memulai perjalanan lean mereka.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip lean manufacturing dalam First Time Quality yang teruji dan benar ke industri konstruksi, perusahaan dapat mengidentifikasi peluang untuk meminimalisir proses dengan lebih baik. Hal tersebut pun tak lain dilakukan agar proyek berjalan dengan lebih hemat biaya dan menghasilkan output berkualitas tinggi.

Di dalam manufacturing, ketika terjadi pergantian style atau change over, hal tersebut akan menjadi pusat perhatian Right First Time. Sebab, hal inilah yang menentukan jika pergantian style dapat berjalan lancar, yang kemudian akan menjadi titik awal perhitungan ramp-up terhadap pergantian style untuk mencapai target perusahaan.

Baca Juga: Poka Yoke, Konsep Manajemen Produksi yang Mampu Mencegah Kesalahan

RFT juga merupakan ukuran dari manufacturing untuk mengetahui seberapa bagus produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk melihat performance kualitas produk perusahaan per-hari, Anda dapat menggunakan perhitungan RFT sebagai berikut:

RFT/Yield Ratio = (jumlah yang dihasilkan – reject/defect/repair x 100) : jumlah yang dihasilkan

Contohnya:

Jika pada manufacturing menghasilkan 600 pcs per jam dan terdapat rework termasuk defect 100 pcs, maka Right First Time dari manufaktur tersebut selama sejam…

RFT = ((600 pcs – 100 pcs) X 100) : 600 pcs = 83.33%

Jadi, RFT untuk manufacturing dalam satu jam sebesar 83.33%.

Validation Meeting atau Feasibility Meeting

Validation atau feasibility meeting merupakan suatu aktivitas untuk menilai kelayakan proses/produk baru sebelum dikeluarkan ke pasaran. Tahapannya meliputi perencanaan proses, perencanaan kualitas, hingga perencanaan manpower.

Harus ada penilaian untuk memastikan penanganan risiko-risiko di tahapan sebelumnya, sehingga proses kedepannya bisa dijalankan dengan penuh persiapan dan menghasilkan produk yang berkualitas baik.

Validation meeting harus dihadiri oleh semua PIC stakeholder (orang yang berkepentingan) supaya semua sektor dan sudut pandang bisa terakomodasi dengan baik.

Start Up Check Sheet

Start Up Check Sheet merupakan alat bantu yang dipakai untuk melakukan verifikasi awal sebelum sebuah proses berjalan. Penggunaannya untuk memastikan semua parameter proses dan persiapannya sudah benar, sehingga mampu mengurangi terjadinya masalah yang timbul dalam proses pengerjaan.

Alat ini banyak dipakai hampir untuk semua proses operasional yang melibatkan banyak orang. Sebab, jika terjadi kegagalan dalam prosesnya, maka biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak dan penanganannya pun menjadi lebih sulit.

start up check sheet
Contoh Start Up Check Sheet. (dok. Woodmag/Ekamant)

Demi proses operasional yang semakin halus, lembar Start Up Check Sheet harus diterapkan sebagai salah satu bentuk pengendalian kualitas di awal produksi yang tentunya akan mendeteksi jika terjadi masalah agar bisa dilakukan penanganan sejak dini.

Baca Juga: Pentingnya Menerapkan Quick Response Quality Control (QRQC)

Tantangan Membangun Kebudayaan Berhenti untuk Memperbaiki Masalah

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bukanlah hal yang mudah menciptakan kebudayaan berhenti untuk menangani serta melakukan problem solving terhadap masalah yang ada. Berdasarkan pengalaman kami selama menjalankan lean manufacturing, hal ini disebabkan adanya ketakutan tersendiri dari pihak produksi akan turunnya hasil produksi.

Jika Anda mampu membangun pola pikir untuk berhenti ketika terjadi masalah, hal ini sebenarnya akan membantu Anda dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Sebab, tak akan ada pengerjaan ulang terhadap proses yang bermasalah, karena proses tersebut sudah ditangani sebelum timbul masalah lain.

Mengutip dari Toyota Ways Principles #5, membangun kebudayaan berhenti untuk memperbaiki masalah bertujuan mendapatkan kualitas yang benar pada kali pertama. Ciptakan perbaikan terus menerus untuk menghindari proses berulang di masa depan.

Kembangkan sistem visual yang mampu mengingatkan pemimpin tim ketika mesin atau proses memerlukan perbaikan. Bangun sistem pendukung organisasi untuk memecahkan masalah dan menerapkan tindakan pencegahan dengan cepat.

Terakhir, bangun budaya dengan filosofi untuk berhenti ketika ada masalah agar bisa mendapatkan kualitas yang benar saat pertama kali, sehingga produktivitas jangka panjang juga semakin meningkat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.