Membangun Kualitas Produk dalam Proses Build In Quality

Kualitas adalah sesuatu yang harus dibangun dan dipertahankan. Khususnya untuk berjalannya sebuah perusahaan, kualitas yang akan menentukan loyalitas dari konsumen dan membantu perusahaan mendapatkan posisi di market atau pasar. Dalam manajemen, ada istilah “build in quality”, yang merupakan sebuah konsep manajemen kontrol kualitas.

Konsep ini bertujuan agar sebuah perusahaan dapat rasionalisasi tenaga kerja, khususnya di bagian quality control. Maka dari itu, build in quality bertanggung jawab untuk membangun kualitas produk yang dapat diwujudkan dari proses produksinya itu sendiri. Sederhananya, build in quality adalah sebuah konsep yang ada untuk mencegah terjadinya cacat produk yang mungkin terjadi selama proses produksi berlangsung.

Untuk menghindari cacat produk, setiap karyawan bertanggung jawab atas prosesnya masing-masing. Dengan begitu, semua proses dapat dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga mampu menghasilkan kualitas produk yang baik.

Baca Juga: “Make People Before Make Product”, Sulis Setiyono Kaizen Consultant PT Ekamant Indonesia

Build in Quality Perlu Dibangun di Tahapan Pertama

Untuk menerapkan konsep build in quality atau yang biasa disingkat menjadi BIQ, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menerapkannya di tahapan pertama quality control, untuk menentukan kualitas seperti apa yang ingin dicapai perusahaan. Untuk itu, Anda perlu menentukan kualitas sebagai persyaratan utama.

Agar pekerjaannya lebih mudah dilakukan, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun efisiensi waktu dan biaya, penting untuk memasukkan pemeriksaan ke dalam prosesnya. Sebab, ada beberapa hal yang mungkin terjadi bila pemeriksaan kualitas produk dipisahkan dari proses. Beberapa di antaranya, yaitu:

  • Banyak tenaga kerja yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan di luar prosesnya.
  • Pekerja cenderung menjadi cuek dengan hasil dari pekerjaannya karena pemeriksaan hanya dilakukan di awal dan di akhir.
  • Kesalahan yang terjadi di tengah-tengah proses baru akan diketahui di akhir proses, sehingga terlambat untuk mengatasi masalah sejak awal.
  • Jika terjadi kesalahan terus menerus, maka jumlah produk yang cacat akan menjadi banyak karena kurang terdeteksi di awal.
  • Kualitas produk akhir ditentukan oleh pekerja yang melakukan pemeriksaan, bukan mereka yang memang bertugas untuk membuat produknya.

Baca Juga: Stop Call Wait, Penanganan Abnormal dalam Suatu Organisasi

Namun, dalam konsep build in quality, operator tidak hanya akan membuat produk, tetapi juga melakukan pemeriksaan atas hasil dari pekerjaannya. Inilah yang membuat konsep ini menjadi lebih efisien dari segi waktu dan biaya jika diterapkan dengan benar. Meski begitu, masih ada beberapa kelemahan yang mungkin Anda temukan, seperti:

  • Proses kerja dan pemeriksaan tidak bisa dilakukan oleh operator yang kurang ahli.
  • Memerlukan waktu proses yang lama karena dibarengi dengan pemeriksaan.
  • Diperlukan kejujuran dan kedisiplinan yang tinggi dari si operator.

Agar konsep ini dapat diterapkan dengan optimal, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

  1. Tidak menerima produk not good (NG) atau produk yang cacat produksi.
  2. Menghindari pembuatan produk NG agar produk tidak sia-sia dan menjadi stock di gudang penyimpanan (inventory).
  3. Tidak mengirimkan produk NG ke proses berikutnya untuk meminimalisir produk cacat di akhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published.