Indonesia termasuk negara penghasil kayu terbaik di dunia. Akan tetapi, sayangnya industri mebel masih memiliki tantangan yang tidak kunjung usai dan hal tersebut terkait dengan stabilitas pasokan bahan baku dan teknologi yang belum merata.
Melansir Detik, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahkan menuturkan adanya penurunan dalam sektor industri mebel kayu dan furnitur. Pada 2022 lalu, industri ini hanya menyumbang 1,3% dalam perekonomian dengan jumlah ekspor $2,47 miliar.
Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 2% dibandingkan 2021. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, kendala perkembangan industri mebel di Indonesia berada di permasalah logistik terkait bahan baku, teknologi, dan sumber daya manusianya.
“Kami menyerap beberapa isu pokok yang dihadapi oleh furnitur dan kerajinan dalam negeri saat ini, salah satunya terkait rantai pasok ketersediaan bahan baku,” ujarnya sebagaimana dilansir dari Bisnis (5/6).
Baca Juga: 5 Tantangan Industri Kayu di Tahun 2023
Bahan Baku dan Teknologi jadi Hambatan Industri Mebel
Tidak hanya berhenti di persoalan bahan baku, Putu melanjutkan bahwa teknologi di industri mebel dan furnitur masih belum terjangkau secara merata. Tak bisa dimungkiri, hal ini tentu menjadi hambatan tersendiri, mengingat zaman sekarang sudah semakin canggih dan bertumpu pada teknologi untuk proses yang lebih efektif dan efisien.
Menurut data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Indonesia memiliki hutan dengan luas 92 juta hektare dan membuat negara kita menempati urutan ke-8 dari daftar negara dengan hutan terluas di dunia. Bahkan, Indonesia pun diklaim sebagai negara ke-3 terbesar penghasil bahan baku di dunia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki hutan tropis yang membuat pepohonan tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan negara lain.
Dengan fakta ini, para pelaku industri mebel dan furnitur seharusnya tak memiliki masalah terkait bahan baku. Untuk itu, Putu akan berupaya untuk memfasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur dengan melakukan koordinasi antara kementerian dan lembaga yang bersangkutan.
Baca Juga: Inggris Habiskan Ratusan Dollar AS untuk Beli Produk Kayu Indonesia
Apalagi mengingat kondisi ekspor saat ini dipengaruhi oleh perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, serta inflasi yang terjadi akibat resesi ekonomi global yang menyebabkan menurunnya daya beli konsumen di beberapa negara.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia dan pihaknya juga menyusun strategi untuk mengalihkan pasar ekspor yang terdampak resesi ekonomi ke pasar domestik, memperluas tujuan ekspor ke nontradisional, dan memperkuat media promosi melalui media digital.