Peran Leader Produksi adalah memberikan pelatihan untuk para group leader mengenai proses manufacturing agar mereka mengetahui, mengerti, menjalankan, dan melakukan perbaikan-perbaikan terkait perannya dengan baik.
Beberapa perusahaan umumnya menempatkan leader lapangan secara berjenjang, mulai dari leader group sampai dengan level supervisor.
Hal ini perlu diketahui sebagai panduan dan parameter kerja mereka selama melakukan pengawasan di lapangan.
Sebelum proses produksi dimulai, seorang leader harus memastikan komponen 4M (Man, Material, Machine, Method) produksi sudah siap.
Dengan begitu, tidak akan mengakibatkan abnormalitas ketika proses produksi berjalan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Meningkatkan Inventory Accuracy?
Pengontrolan 4M selama Proses ProduksiĀ
Maka dari itu, tugas-tugas seorang leader sesuai dengan komponen 4M, yaitu:
1. Man
Leader memeriksa kehadiran anggotanya, seperti kondisi kesehatan mereka, pada lima menit awal saat briefing dilakukan.
Anda dapat mengajak anggota tim melakukan senam pagi sebelum pekerjaan dimulai untuk memastikan bahwa semua anggota berada di kondisi fisik yang sehat dan siap kerja.
Apabila jumlah operator produksi kurang, maka leader harus melaporkan hal tersebut kepada atasannya untuk mendapatkan bantuan dari kelompok lain.
2. Material
Bahan-bahan yang mendukung proses kerja harus selalu tersedia dan berada di tempatnya agar mudah ditemukan.
Untuk itu, Anda dapat melakukan pemeriksaan kondisi material dan barang-barang di area proses secara rutin menggunakan metode 3S (Seiri, Seiton, Seisou).
- Seiri: Memisahkan antara barang yang masih diperlukan dan yang tidak. Jika tidak, barang sebaiknya disingkirkan/dibuang.
- Seiton: Merapikan, menyusun, dan meluruskan barang dalam kondisi standar/ideal.
- Seisou: Membersihkan kotoran yang menempel pada barang.
Leader bertugas mempersiapkan segala material yang dibutuhkan dengan memberi petunjuk pada anggotanya agar memperhatikan kondisi 3S di bagian yang menjadi tanggung jawab mereka masing-masing.
3. Machine
Leader perlu memastikan mesin dapat mulai bekerja dengan segera tanpa menimbulkan masalah teknis. Lakukan pemeriksaan sebelum operasi produksi dimulai seperti pemanasan mesin, dan memastikan pekerjaan maintenance antar shift.
Selain itu, adapun tugas shutdown adalah mengakhiri pekerjaan mesin dengan mematikan peralatan setelah operasi maintenance harian.
Pekerjaan itu harus diselesaikan tanpa menimbulkan gangguan pada shift berikutnya.
4. Methods
Leader harus memeriksa apakah ada perubahan di hari itu. Contohnya pergantian orang baru, cara baru, atau pemakaian material baru serta mengomunikasikannya kepada anggota.
Pada saat proses berjalan, leader harus memastikan bahwa kondisi produksi berjalan dengan normal dan semua operator mengikuti aturan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Metode yang dapat dilakukan di sini, yaitu:
- Menetapkan standar kerja
Leader perlu menetapkan standar kerja agar proses kerja dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Bila ada operator baru, maka usahakan mereka mendapatkan pelatihan kemampuan dasar dan disertifikasi oleh trainer dengan tepat.
Kemudian saat ditempatkan di on the job training, operator perlu diawasi langsung oleh trainer sebelum benar-benar dilepas bekerja sendiri sesuai standar waktu yang telah ditetapkan.
- Memastikan operator menjalankan standar kerja
Leader juga harus memastikan bahwa operator mengerti standar kerja dan dapat melakukannya dengan baik, dengan:
- Membekali operator dengan pelatihan yang tepat.
- Membiarkan dan mengawasi operator ketika mengaplikasikan apa yang telah dipelajari sebelumnya.
- Bila ada lima urutan kerja, maka pastikan trainer telah melakukan dan mengajarkan lima urutan tersebut secara bertahap sehingga operator dapat mengikutinya dengan baik.
Seorang operator dianggap mengerti standar kerja dan mampu mengajar jika dapat melakukan lima siklus yang sama sesuai instruksi kerja, dengan gerakan yang terus-menerus tanpa tersendat, mampu melakukan proses tanpa berhenti selama dua jam, dan tidak meloloskan produk cacat selama tiga bulan.
- Menerapkan Kaizen
Saat menerapkan Kaizen, leader harus mengikuti metode PDCA (Plan-Do-Check-Action) dengan membuat standar kerja (PLAN), implementasi standar kerja (DO), menemukan pekerjaan yang sulit (CHECK), dan lakukan Kaizen pada pekerjaan sulit tersebut (ACTION).
Pada saat implementasi standar kerja, setiap leader sebaiknya memiliki kesadaran akan kemungkinan adanya masalah yang terjadi.
Saat menemukan pekerjaan yang sulit, hal tersebut perlu dilaporkan. Leader harus pandai menggali ide anggotanya dengan maksimal untuk menjadi suatu perbaikan.
Baca Juga: Mengenal Excess Stock dan 8 Hal yang Perlu Dihindari
Bertanggung Jawab terhadap Peralatan dan Aktivitas
Leader perlu menjalankan empat pilar aktivitas maintenance, yaitu:
- Membangun peralatan yang baik (peralatan sederhana dan tidak rusak).
- Perawatan untuk mencegah kerusakan (memperbaiki peralatan sebelum rusak).
- Memperbaiki kerusakan dengan segera dan teliti.
Di sini, diperlukan kemampuan untuk perbaikan yang tepat dan cepat, pencarian ke akar permasalahan dan pencegahan kerusakan kembali.
- Menerapkan Kaizen dengan mengurangi kerusakan dan kerugian, peningkatan performa alat, dan meningkatkan safety.
Dalam proses produksi pun sebaiknya dilakukan maintenance sendiri secara rutin tanpa terlalu mengandalkan bagian engineering.
Sebab, melakukan maintenance sendiri dapat memberikan keuntungan, seperti:
- Proses pemeriksaan dan perawatan alat jadi lebih efektif.
- Melakukan perawatan kecil sendiri akan membuat prosesnya lebih cepat dan efisien.
Operator jadi memiliki kemampuan di bidang peralatan, sehingga menghasilkan aktivitas Kaizen yang lebih baik lagi.