Mengenal Metode “Stop 6 Safety” Toyota

Keselamatan selalu menjadi landasan budaya perusahaan Toyota. Hal ini merupakan warisan yang berasal dari pertengahan abad ke-20. Salah satunya dengan penerapan Stop 6 Safety.

Dari awal pembentukan Komite Keselamatan dan Kesehatan pada 1938 hingga standar keselamatan ketat yang diterapkan selama bertahun-tahun, Toyota secara konsisten memprioritaskan kesejahteraan karyawannya.

Komitmen terhadap keselamatan memuncak dalam peluncuran inisiatif keselamatan Stop 6 pada Januari 1992, yang berfokus pada pencegahan enam jenis kecelakaan kerja yang paling umum.

Dalam pengertiannya, Stop 6 Safety merupakan usaha untuk mencegah keselamatan kerja. Usaha ini digolongkan dengan merujuk pada “6 Tipe Kecelakaan”. 

Maka dari itu, Stop 6 Safety menjadi aktivitas yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan luka serius, cacat, hingga meninggal.

Sama seperti metode pada umumnya, Stop 6 Safety juga memiliki tujuan. Pertama, metode ini mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat berakibat luka serius atau fatal. Kedua, metode ini dapat digunakan oleh pimpinan kerja dalam bidang safety untuk mencegah kecelakaan kerja.

Baca Juga: Perbedaan Koreksi, Tindakan Korektif, dan Pencegahan

Jenis-jenis Potensi Bahaya Stop 6 Safety

Dalam dunia kerja, terutama dalam lingkungan sebuah pabrik, kecelakaan kerja sangat rentan terjadi. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, baik dari manusia maupun dari metode dan mesin yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Beberapa potensi terjadinya kecelakaan tersebut dijelaskan dalam konsep A-B-C-D-E-F. Berikut ini adalah penjelasannya:

A: Apparatus, yaitu potensi kecelakaan kerja karena terjepit mesin. Hal ini dapat dihindari dengan memastikan seluruh tekanan angin atau udara di mesin tidak ada yang tersisa.

Lalu menggunakan penahan/stoper untuk mencegah benda jatuh dan memperhatikan bagian yang bergerak dan berputar, serta posisi dan lokasi benda kerja di mesin

B: Big Heavy, yaitu potensi kecelakaan kerja karena terbentur benda berat. Hal ini dapat dihindari dengan memperhatikan posisi limit switch agar tidak terlalu tinggi atau naik.

Di samping itu, memperhatikan peralatan untuk mencegah jatuh dari hanger dan memastikan pembatas yang jelas antara lokasi yang aman dengan lokasi kerja.

C: Car, yaitu potensi kecelakaan kerja karena alat transportasi misalnya forklift dan trolly

Kecelakaan ini dapat dihindari dengan memperhatikan kapasitas maksimum muatan/beban yang akan dibawa, berkoordinasi serta mengonfirmasi dengan pekerja yang memberi aba-aba saat bekerja bersama, dan jangan mengemudikan forklift dengan kecepatan tinggi.

D: Drop, yaitu potensi kecelakaan kerja karena terjatuh dari ketinggian yang dapat dihindari dengan mengecek fungsi perlengkapan pengaman untuk lokasi kerja yang tinggi dan naik/turun.

Selain itu, harus memastikan penempatan tanda bahaya/peringatan di tempat yang strategis dan posisi kaki tangga dalam keadaan kokoh.

E: Electric, yaitu potensi kecelakaan kerja karena terkena kejutan listrik yang dapat dihindari dengan memastikan alat dan mesin dalam kondisi aman untuk digunakan (tidak rusak).

Tidak hanya itu, Anda perlu memperhatikan bagus atau jeleknya isolator untuk arc welding dan memastikan lokasi kerja tidak dalam kondisi lembab atau basah.

F: Fire, yaitu potensi kecelakaan kerja karena terkena benda panas. Potensi ini dapat dihindari dengan memastikan alat-alat deteksi/pengaman sudah diperiksa secara teratur dan kondisi jalan atau jalur lalu lintas forklift rata atau tidak rusak.

Pendekatan yang Dilakukan Toyota dalam Stop 6 Safety

1. Penilaian resiko

Toyota secara teratur melakukan penilaian risiko di tempat kerjanya untuk mengidentifikasi potensi bahaya. Setelah diidentifikasi, perusahaan mengembangkan dan menegakkan kontrol untuk mengurangi risiko ini secara efektif.

2. Pelatihan

Semua karyawan Toyota mendapatkan pelatihan komprehensif tentang keselamatan Stop 6

Pelatihan ini mencakup topik-topik penting seperti identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan langkah-langkah pencegahan kecelakaan praktis.

3. Manajemen visual

Toyota menggunakan alat manajemen visual untuk memantau dan menampilkan kinerja keselamatan Stop 6. Pendekatan ini memberdayakan karyawan untuk mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan.

4. Perbaikan berkelanjutan

Toyota tanpa henti dalam mengejar kesempurnaan. Perusahaan secara konsisten mencari cara untuk meningkatkan program keselamatan Stop 6, termasuk belajar dari kecelakaan dan menerapkan kontrol baru untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.