Punya pengalaman 15 tahun bekerja di perusahaan Jepang membuat Sulis Setiyono yang saat ini menjabat sebagai Operation Manager & Kaizen Consultant PT Ekamant Indonesia terbiasa dengan rencana-rencana perbaikan. Setelah bergabung selama kurang lebih satu tahun di Ekamant Indonesia, ia telah berhasil melakukan perubahan yang membuat kondisi inventory semakin efisien.
Salah satu cara yang dilakukan dengan menerapkan metode Kaizen, yaitu metode yang dilakukan untuk memperbaiki diri dengan tindakan sekecil apa pun secara bertahap, untuk kemudian menerapkan perubahan itu menjadi kebiasaan yang mengarah pada kesuksesan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan yang sulit ketika memutuskan untuk pindah ke Ekamant, tetapi Sulis melihat adanya prospek baik sehingga hal tersebut semakin meyakinkannya untuk pindah ke Ekamant dan mencari pengalaman baru di sini.
Dari Manufacturing hingga Kaizen
Memiliki latar belakang pendidikan teknik, Sulis adalah ‘orang asli’ manufacturing. Sebelum akhirnya menggeluti bidang kaizen, ia biasanya fokus menjalani Production, Quality control untuk mengurusi produk, melakukan pengecekan quality control, delivery, dan gudang PPIC (Production Planning and Inventory Control) .
Berbekal 15 tahun bekerja di perusahaan Jepang, Sulis memiliki pengalaman diikutsertakan dalam kontes kaizen yang dilaksanakan pada 2015 di Tokyo, Jepang. Pada saat itu, dirinya mewakili perusahaan dari Indonesia dan harus bersaing dari perwakilan dari berbagai negara. Ini memang bukan merupakan hal yang baru bagi perusahaan Jepang, untuk mengadakan kontes semacam ini.
Inilah yang membuat Sulis menjadi familiar dengan kaizen, terlepas dari latar belakang yang merupakan orang manufacturing.
“Di situ kita belajar banyak tentang kaizen. Jadi, memang spesialisasi saya itu sebenarnya manufacturing, tapi dari dulu saya sering dijadikan tim leader untuk kaizen. Untuk menganalisa proses dan membuat rencana perbaikan. Makanya saya jadi akrab sama improvement,” ujarnya.
Menurutnya, menerapkan kaizen sangatlah penting untuk sebuah perusahaan. Pasalnya, customer akan selalu berubah dengan demand yang makin beragam untuk memenuhi kebutuhan pasar. Maka dari itu, Sulis suka dengan peribahasa, “Musuh terbesar kita bukanlah kompetitor, melainkan keinginan customer.”
Sulis menambahkan, “Jadi kita tidak usah takut dengan kompetitor, justru kita harus takut dengan keinginan customer yang berubah suatu saat nanti. Itu yang harus kita waspadai, jangan sampai terlena memperhatikan kompetitor tapi tidak memperhatikan customer kita.”
Meskipun baru satu tahun bekerja di Ekamant Indonesia, Sulis memiliki target yaitu setiap unit perusahaan untuk memiliki standarisasi operasional proses. Dengan adanya standarisasi proses, maka setiap karyawan akan lebih mengerti SOP di luar kepala dan menjalaninya dengan bersungguh-sungguh. Jika bisa diterapkan dengan baik, hal ini akan sangat berpengaruh dengan kualitas servisnya.
“Tantangan terberat adalah perubahan pola pikir manusianya”
Ketika ditanya tentang tantangan yang dirasakan setelah pindah ke Ekamant Indonesia, Sulis mengatakan tantangan yang paling dirasakan yaitu manusia. Tantangan terkait manusia berdekatan dengan yang namanya skill dan knowledge. Apalagi, ketika ia pertama kali masuk ke Ekamant, perusahaan ini masih memiliki basic knowledge yang kurang mengenai operasional dan efisiensi.
“Jadi, tantangan saya adalah satu; saya harus men-training semua orang. Untuk mentransformasi metode-metode yang tadi, saya tidak bisa jalan sendiri. Saya harus melibatkan tim. Makanya selain kaizen, saya juga trainer. Di setiap cabang, pakem saya itu satu; saya diagnostic masing-masing unit, dan kedua; saya trainer.”
Baca Juga: Training Pengenalan Dasar Ampelas Kepada Siswa Sakola Tukang
Dalam melakukan training internal, biasanya yang paling dasar adalah memberikan materi mengenai prinsip-prinsip manajemen kualitas dan manajemen inventory. Mulai dari karyawan di level atas, tengah, hingga paling bawah, karena semua memiliki kontribusi yang sama untuk perusahaan.
Tantangan terberat lainnya yaitu pada saat training, karena para karyawan belum pernah diberikan training terkait manajemen operasional dan inventory sebelumnya. Jadi mereka harus ada diarahkan. Sulis menjelaskan bahwa selama ini karyawan paling banyak mendapatkan training untuk sales, karena memang di sini lebih banyak sales-nya.
Meski begitu, ia senang dengan attitude para karyawan PT Ekamant Indonesia yang menurutnya bagus untuk menerima ilmu dan mengerjakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum familiar dan belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. “Tapi ya karena mereka belum pernah diajarin sama sekali, jadi kita harus mengajarkannya secara berkelanjutan,” tutupnya.