Selama kurang lebih 30 tahun berdiri, Ekamant Indonesia telah mensuplai berbagai macam produk abrasif untuk industri woodworking, mulai dari otomotif, plywood, alat musik, industri, market retailer hingga industri kerajinan di berbagai provinsi di Indonesia. Tak hanya itu, training Ekamant juga diberikan sebagai upaya berkomitmen untuk terus mendukung kualitas para pekerja di industri mebel dan kerajinan.
Pasalnya, kegiatan training yang diberikan juga sangat bermanfaat untuk membangun kredibilitas Ekamant dengan mengedukasi. Selain itu, training pun dapat membantu customer menyelesaikan berbagai permasalahan yang seringkali menghambat proses produksi mereka. Seperti apa cerita di balik training yang menjadi salah satu keunggulan Ekamant Indonesia?
Sudah Eksis Sejak 2000-an
Technical Support Manager Ekamant Indonesia, Andri Franniko, S.T. bercerita tentang awalnya Ekamant Indonesia mengadakan kegiatan training in-house yang ternyata sudah dimulai sejak tahun 2000-an silam. Kurang lebih 20 tahun berjalan, kegiatan pelatihan ini pertama kali diberikan kepada customer yang memang membutuhkan kegiatan training soal amplas.
Baca Juga: Training Pengenalan Dasar Ampelas Kepada Siswa Sakola Tukang
Menariknya, selain untuk para customer-nya, Ekamant juga memberikan training kepada sekolah-sekolah yang fokus pada program studi teknik furniture. Selaras dengan itu, Andri bercerita, “Pertama kali kita melakukan training ke sekolah itu di sekolah Pika, di Semarang. Sampai sekarang mungkin [training] sudah berjalan selama kurang lebih 20 tahunan, ya.”
Training Ekamant Indonesia Mulai dari Materi hingga Praktik di Lapangan
Setiap training yang dilakukan oleh Ekamant Indonesia tentu memiliki tujuan tersendiri. Andri menjelaskan salah satu alasan utama Ekamant mengadakan pelatihan dikarenakan produk mereka (amplas) merupakan barang industri yang tidak semua pengguna paham bagaimana cara menggunakannya secara efisien untuk mendapat hasil yang bagus.
Kemajuan teknologi menuntut pekerja industri untuk bisa bekerja cerdas dan cepat. Seperti amplas yang sebelumnya hanya digunakan secara manual atau hand tool, sekarang sudah banyak menggunakan mesin yang disesuaikan dengan kebutuhan para penggunanya, tergantung jenis finishing apa yang dikerjakan.
Hal ini ternyata menimbulkan beberapa kendala. Menurut Andri, kendala yang umumnya paling terasa di mana amplasnya sudah bagus, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan customer. Pasalnya, kendala tersebut muncul mulai dari kesalahan dalam penggunaan, salah dalam pengaplikasian, dan salah dalam pemilihan tipe amplas yang benar.
Lantas, untuk bisa mengantisipasi kendala tersebut, akhirnya Ekamant memberikan pelatihan coaching clinic untuk mengedukasi penggunaan amplas dalam jumlah orang yang banyak.
“Dari situlah kita buat satu kelas training yang kita sebut sebagai in-house training. Biasanya sesi training memang kita mulai dari dasar-dasar amplas, sampai dengan aplikasi dan penggunaannya. Begitu juga dengan permasalahan yang terjadi di lapangan,” jelas Andri ketika mendeskripsikan bagaimana in-house training Ekamant Indonesia dilakukan.
Tak hanya menyediakan dan memaparkan materi di dalam kelas, Andri mengatakan, dalam tiap training akan disediakan sesi diskusi di mana para peserta atau operator bisa mendiskusikan kendala apa yang biasa mereka hadapi untuk dicari pemecahan masalahnya bersama.
Salah satu hal yang menarik dari training Ekamant di mana adanya kegiatan coaching clinic di lapangan. Nantinya dari pihak Ekamant yang hadir untuk memberikan training akan melakukan pengawasan proses produksi dari awal hingga finishing. Alasannya untuk melihat apakah operator sudah menerapkan ilmu yang dibagikan selama kelas dan melihat apakah pengaplikasiannya sudah benar atau belum. Jika pengaplikasian yang dilakukan masih belum sesuai, tim Ekamant biasanya akan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
“Kalau di amplas, kita akan kasih sampel untuk kemudian dibandingkan dengan proses yang selama ini dia lakukan untuk melihat apakah ada perbaikan atau tidak. Begitu juga hasil dari diskusi di kelas, kita lihat juga di lapangan. Karena kita tidak bisa menebak-nebak tanpa melihat masalah yang sebenarnya. Jadi, tujuan training untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan efisien untuk customer itu sendiri,” jelas Andri.
Settingan pada Mesin hingga Kebiasaan Masih Menjadi Masalah Utama
Aktivitas training yang dijalankan selama kurang lebih 20 tahun ini mendapatkan feedback yang positif dari para customer. Mereka yang tadinya tidak tahu menjadi tahu bagaimana melakukan proses produksi yang lebih efisien. Ketika proses semakin efisien dan membuat customer semakin berkembang, maka akan berdampak baik pada perkembangan Ekamant juga.
Baca juga: Training Pengenalan Dasar Amplas Kepada PT Coloured Cabinets
Untuk bisa mencapai ke proses produksi yang lebih efisien, perusahaan perlu mengatasi masalah produksi yang mungkin seringkali terjadi. Salah satu masalah utama yang sering Andri temukan selama memberikan training kepada pada customer yaitu masalah settingan atau penyetelan pada mesin.
Selain itu, kondisi panel yang diamplas, salah memilih grit sehingga proses dilakukan secara berulang-ulang, hingga mengubah kebiasaan yang kurang efisien tapi telah lama diterapkan oleh perusahaan tersebut juga menjadi masalah yang sering dihadapi.
Meski mengubah kebiasaan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi dengan adanya komitmen dari manajemen untuk menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP), karyawan akan perlahan mengikuti aturan tersebut seiring berjalannya waktu.
Karena itu, setelah aktivitas training selesai, tim Ekamant membuat laporan atau report training sebagai acuan untuk melihat apakah materi yang disampaikan sudah diterapkan atau belum. “Selain sertifikat, ada laporan. Ini adalah output dari training Ekamant agar customer tahu masalah utama yang mereka hadapi mengacu dari laporan yang diberikan itu,” tambah Andri.
Andri juga menjelaskan materi yang paling sering dibawakan selama proses pelatihan berlangsung, biasanya mulai dari pengenalan hingga ke permasalahan teknisnya. Katanya, “Biasanya kita memberikan pengenalan amplas dari yang dasar tadi, jenis pasir amplas, jenis backing, lompatan grit, stock removal. Mereka harus tahu kemampuan amplasnya. Kemudian, cara melakukan settingan pada mesin yang disesuaikan dengan amplas yang dipakai.”
Agar terus bisa membagikan ilmu yang berguna untuk membantu customer memiliki proses produksi yang lebih efisien, Andri berharap Ekamant Indonesia terus eksis untuk melakukan training untuk customer lama maupun baru. Sebab, semakin banyak training diharapkan semakin banyak yang paham dengan penggunaan amplas yang tepat. Sehingga hasil dari finishing dan produk mereka akan lebih bagus, dan nilai ekspor semakin meningkat lagi.