Ketika perekonomian global sedang lesu, mengalihkan pasar merupakan opsi terbaik. Begitulah yang diungkapkan Direktur PT Karya Anugerah Gemilang (PT KAG) Ir. Antonius Suhandoyo saat ditemui WOODMAG di perusahannya di Jepara, Jawa Tengah.
Pasalnya, sejak akhir 2022 silam, Anton memilih untuk memasuki pasar ekspor non tradisional dan domestik. Sejak awal, PT KAG sendiri berkonsentrasi untuk memproduksi mebel interior, indoor maupun outdoor.
Bahkan, sejak 2022, produk-produk untuk kamar mandi dan furnitur indoor berbahan kayu jati yang dikombinasikan dengan anyaman rotan menjadi produk unggulan perusahaan ini.
“Yang kami lakukan untuk rotan adalah menambahkan pekerjaan anyaman, dalam berbagai pattern, sehingga berhasil menarik perhatian buyer dan akhirnya lolos seleksi untuk produksi massal,” jelasnya.
Perusahaan yang didirikan pada 2003 ini ternyata di awal kiprahnya sukses menjadi vendor dari dua chain store di Amerika Serikat, dengan jaringan outlet yang besar.
“Dengan tingkat efisiensi produksi yang kian meningkat, PT KAG bisa bertahan tetap berdiri pada posisi sekarang,” lanjutnya.
Baca Juga: FX. Marsono, Kepala Sekolah SMK PIKA: Terus Memotivasi Bibit SDM Industri Perkayuan
Lonjakan Permintaan Diikuti Sulitnya Tantangan Ekspor
Sejak beroperasi, pasang surut bisnis pun dirasakan PT KAG tapi yang paling parah adalah era Covid-19. Baginya, pandemi sangat berpengaruh terhadap supply yang diminta customer.
“Sejak 2020 hingga awal kuartal ketiga 2022, kami mengalami lonjakan permintaan. Beberapa pesanan ada yang terlambat dikirim karena berubahnya jadwal pengiriman yang diminta maju dari saat Purchasing Order (PO). Ini akibat melonjaknya permintaan di toko karena stok habis terjual,” akunya.
Alhasil, meski kondisi di awal pandemi menguntungkan, hal itu tidak mulus karena hadir tantangan baru, kelangkaan peti kemas dan biaya pengiriman ke tujuan ekspor melonjak.
“Kami bekerja sama dengan beberapa pihak terutama freight forwarder dan buyer, untuk mengupayakan supaya produk bisa diberangkatkan,” jelasnya.
Namun, diakuinya sering juga terjadi penundaan atau pembatalan sebagai akibat kurangnya pasokan peti kemas kosong, ditambah tidak berlayarnya kapal pengangkut.
Anton mengakui hal itu menambah beban berat bagi para pengusaha mebel nasional.
Baca Juga: Cerita Justinus Iwan Soerjono, Factory Manager PT Dwida Jaya Tama
Tekanan dari Sisi Produk hingga Bidik Pasar Domestik
Namun, order tak lagi melonjak pada akhir 2021 dan masa-masa sulit pun menghampiri industri mebel nasional, termasuk PT KAG.
“Beberapa customer bilang stok di gudangnya masih melimpah, sementara pergerakan di lantai toko sangat minim, sehingga menyulitkan logistik untuk penyimpanan,” ujar Anton.
Sementara itu, tekanan lain datang yakni penumpukan stok di tingkat produksi. “Kondisi ini menyulitkan kami karena seharusnya produksi tidak dibebani aktivitas stock keeping,” katanya.
Akibatnya banyak produsen yang mengalami kendala cash flow akibat macetnya arus suplai. Antonius memandang kondisi ini mengkhawatirkan karena “Belum ada titik terang akan posisi produk yang menjadi stok saat ini.”
Lantas, dalam menghadapi situasi ini, pihaknya mengalihkan pasar dengan berupaya mendapat berbagai proyek, lokal maupun ekspor.
“Pasar domestik adalah salah satu sasaran yang coba kami bidik saat ini. Ada juga upaya menggali potensi pasar ekspor ke negara selain Eropa dan Amerika Serikat, walau sampai kini masih belum membuahkan hasil tapi kami tetap berusaha,” pungkasnya penuh optimis.