Mursosan Wiguna, PT Royal Lestari Utama: Pelajari Bisnis untuk Kelola Manusia dengan Tepat

Dahulu, Mursosan Wiguna pernah berpikir idealis ingin berkontribusi menyiapkan generasi masa depan. Hal itulah yang membuatnya bertahan selama sembilan tahun menjadi guru SMP dan SMA, hingga mulai tertarik dengan pengembangan sumber daya manusia.

Rupanya, ketertarikannya itulah yang membuatnya berada di posisi saat ini, sebagai pakar Human Resource Development (HRD) sekaligus Chief People Officer PT Royal Lestari Utama.

Menurutnya, pekerjaan ini masih selaras dengan yang dikerjakan HR lainnya, tetapi jika namanya berbeda, itu karena Mursosan menempatkan manusia sebagai pusatnya.

“Kalau human resource itu cenderung memanfaatkan, tetapi people itu lebih concern ke manusia yang jadi perhatian dan central buat kita. Karena kemajuan perusahaan itu terletak di sumber daya manusianya,” ujar Mursosan saat dihubungi WOODMAG baru-baru ini.

Lebih dari 35 tahun berkarier di bidang ini, Mursosan terus menjaga semangat yang dimilikinya. 

Soal semangat, Mursosan bahkan membuat sebuah kaos yang terinspirasi oleh kereta cepat “WHOOSH” sebagai motivasi yang dibagikan untuk rekan dan timnya.

Menurutnya, rasanya picik kalau pengalaman yang dia punya selama ini tidak dibagikan. 

Toh, selain masa kerja, Mursosan sudah mencicipi lebih dari 10 industri selama bergelut menjadi seorang HRD, mulai dari asuransi, perbankan, garmen, hingga perkebunan.

Pasalnya, bagi Mursosan, salah satu kekuatan dirinya adalah bisa align dengan bisnis. 

“Walau saya posisinya sebagai expert di HR, hari pertama (masuk kerja) saya tidak bicara program HR, tetapi saya minta diberi waktu untuk mempelajari tentang bisnisnya,” ujarnya.

Mursosan pun menekankan, “Dengan tahu dan paham tentang bisnisnya, maka kita akan tepat sasaran dalam pengelolaan manusia.”

Mursosan Wiguna: Tertantang dengan Perubahan Manusia

Mursosan mengungkapkan, salah satu benang merah dari apa yang dikerjakannya selama ini adalah sebagian besar berkaitan dengan perubahan dan transformasi. 

Apalagi, di tempatnya kini ia dipercaya menerapkan sistem baru tapi karyawannya orang lama.

“Itu menantang buat saya, menarik. Ketika saya di-assign di sini juga sangat menarik. Kalau soal usia, saya sudah masuk usia pensiun. Tapi buat saya tantangan adalah nomor satu,” ujar Mursosan yang semakin tertarik jika apa yang ditugaskan untuknya makin menantang.

Hal itu selaras dengan target Mursosan untuk tempatnya yakni mengawal visi misinya agar tercapai dan bagaimana perusahaan yang bergerak di karet alam itu menjadi sustainable

Selain itu, untuk manusianya ialah bagaimana mereka bertransformasi dan belajar hal baru.

Meski tak bisa dimungkiri, setiap oranglah yang akan memilih mau berubah serta berusaha menjadi lebih baik atau tidak. 

Akan tetapi, Mursosan punya prinsip “Great People”, di mana dia percaya bahwa manusia diberikan Tuhan kekuatan yang sangat besar dan istimewa.

“Jadi, bagaimana hal tersebut bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan itu ada di dalam diri kita, bukan orang lain. Kalau kita punya kompetensi dan terasah, nggak usah khawatir mengenai hidup,” terang laki-laki yang hobi ikut marathon ini tenang.

Menghadapi banyak manusia yang berbeda-beda sepanjang kariernya, Mursosan paham jika mereka bekerja untuk mendapatkan uang demi harapan hidup lebih baik. 

Namun, tidak jarang dia harus mengambil keputusan yang bisa jadi tak selalu menyenangkan.

“Untuk menjadi HR, urat sabarnya harus sudah hilang terpotong. Saya selalu bilang begitu kepada tim saya. Karena situasi apa pun juga manusia adalah manusia yang punya harapan, tapi di satu sisi kita juga harus menegakkan aturan sebagai HR,” ujarnya.

Belajar dari Pengalaman sebagai Guru

Tertarik dengan pengembangan manusia, Mursosan yakin tidak ada yang sia-sia dalam hidup. 

Jika dihadapkan pada suatu masalah dan kejadian tak terduga, maka hal itu kembali pada bagaimana manusia menghadapinya. Pengalaman pun mengajarkannya demikian.

Bagi Mursosan, belajar itu tidak ada batas waktunya. Pusatnya selalu ada di diri sendiri. 

Semangat itulah yang membuatnya mengejar ketertinggalan saat pertama kali masuk ke bidang HR. Pasalnya, saingan Mursosan yang waktu itu berusia 27 tahun banyak yang lebih muda.

Saat ditanya kenapa banting setir padahal sudah berpengalaman sebagai seorang guru, Mursosan bilang, “Saya tertarik masuk ke industri karena saya ke-trigger bahwa I have something kenapa saya nggak berbuat lebih dari itu? Maka itu saya lari ke industri.”

Menariknya, Mursosan yang butuh waktu setahun untuk sampai diterima di perusahaan pertamanya, Astra, langsung mendapatkan pengalaman berkesan. Betapa tidak, pada hari pertamanya bekerja, Mursosan langsung diminta menghadapi mogok karyawan.

“Saat itu ada peralihan penjaga keamanan. Kejadian itu langsung mempercepat proses belajar. Saya pakai pengalaman saya jadi guru untuk melakukan pendekatan. Eh ternyata berhasil. Saya percaya Tuhan selalu bersama kita,” pungkas Mursosan sambil tertawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published.