Industri furnitur Indonesia ialah salah satu sektor industri yang sustain dan tangguh menghadapi pandemi. Mengutip dari laman Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), industri furnitur mengalami pertumbuhan hingga 8,04 persen pada 2021. Peningkatan ini merupakan pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun terakhir yang terjadi akibat permintaan ekspor yang terus meningkat.
Permintaan ekspor, khususnya ke Amerika Serikat (AS), yang terus meningkat ini terjadi karena adanya pengaruh stimulus fiskal yang cukup efektif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga untuk mendukung pengeluaran masyarakat terhadap semua jenis barang, termasuk barang-barang furnitur kayu dan kerajinan impor.
Kurangnya pasokan mebel dan kerajinan dari China juga memaksa AS untuk mengekspor dari negara-negara di luar China, yakni Vietnam, Malaysia, dan termasuk Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatkan angka ekspor Indonesia pada 2021 hingga 27,23%.
Baca Juga: UMKM Uleen Ubah Limbah Kayu Ulin Menjadi Produk Ekspor
Selain karena permintaan ekspor meningkat, ketangguhan industri mebel dalam beradaptasi saat pandemi juga didukung para pelaku industri yang berusaha untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang ada. Salah satunya dengan mengadaptasi teknologi-teknologi industri terbaru untuk membuat proses produksi dan finishing semakin baik lagi.
Tingkatkan Ketangguhan Industri Furnitur Indonesia lewat IFMAC dan WOODMAC 2022
Demi terus meningkatkan ketangguhan industri furnitur Indonesia pasca-pandemi, International Furniture Manufacturing Components (IFMAC 2022) hadir di Jakarta International Expo Kemayoran pada tanggal 21–24 September 2022. Ini merupakan pameran perdagangan terbesar Indonesia yang melayani industri produksi furnitur, salah satunya dengan dihadirkannya mesin-mesin pengolahan kayu WOODMAC 2022.
Sempat ditunda selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, akhirnya IFMAC 2022 bisa diselenggarakan dan menjadi momen pameran yang dinanti para pelaku industri untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Baca Juga: 3 Tips Memperbaiki Furniture Kayu yang Digigit Anjing Peliharaan
General Manager PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) Sofianto Widjaja sebagai penyelenggara pameran IFMAC dan WOODMAC 2022 mengatakan, “IFMAC dan WOODMAC 2022 akan mendukung pertumbuhan produksi furnitur di Indonesia dengan menghubungkan produsen industri furnitur lokal dengan pemasok mesin berteknologi tinggi. Kerja sama tersebut pada akhirnya akan menaikan standar furnitur buatan Indonesia menjadi produk berkelas internasional yang memenuhi permintaan ekspor dan penjualan domestik.”
WAKENI juga melakukan kerja sama dengan penyelenggara pameran permesinan kayu terbesar di dunia (LIGNA), yaitu Deutsche Messe, untuk menarik perusahaan Eropa dan global lainnya agar datang menjelajahi pasar Indonesia melalui pameran IFMAC. Pasalnya, ratusan eksibitor akan hadir dari berbagai negara antara lain Austria, Australia, Cina, Finlandia, Indonesia, Italia, Malaysia, Thailand, Turki, Amerika Serikat, Singapura, dan Jerman.
Teknologi dalam IFMAC dan WOODMAC 2022
Teknologi yang bisa didapatkan dan dipamerkan pada pameran ini mulai dari mesin-mesin CNC terbaru, solusi software CAD/CAM, hingga mesin primari dan secondari dari pengolahan kayu, mesin potong, mesin dasar (basic), dan mesin penghalus. Tak hanya itu, bagi yang bingung cara mengoperasikannya, akan ada demo mesin yang dilakukan oleh pada eksibitor.
Selain itu, IFMAC dan WOODMAC juga melangsungkan seminar yang bekerja sama dengan berbagai asosiasi, pemerintah, hingga akademika. Seminar dilangsungkan untuk menjawab persoalan yang muncul di kancah industri furnitur Indonesia, serta memberi wawasan terkini mengenai tren industri furnitur dunia kepada pelaku industri furnitur di tanah air.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan, pemanfaatan teknologi dapat menjadi salah satu solusi bersaing dengan negara lain. Sebab, teknologi yang memadai bisa meningkatkan kualitas serta efisiensi biaya produksi.
Abdul berpendapat, IFMAC WOODMAC 2022 dapat menjadi referensi sekaligus motivasi bagi pelaku industri furnitu. “Untuk memenuhi pasar ekspor, pelaku industri Indonesia harus beralih dari pola lama ke penggunaan teknologi canggih dan teknologi tak selalu mahal,” pungkasnya.