
Di dunia bisnis, persaingan berkembang menjadi semakin ketat dan kompetitif. Jika melihat kondisi saat ini, banyak sekali berbagai produsen saling bersaing untuk menawarkan satu jenis barang yang sama.
Banyaknya pilihan tersebut semakin membuka lebar keinginan pembeli untuk memilih produk yang paling cocok dengannya, di mana mereka memiliki kebebasan memilih yang semakin besar pula.
Kondisi ini disebut dengan Buyer’s Market atau pasar pembeli. Hal ini tentu sangat berbeda dengan keadaan masa lalu, di mana pilihan konsumen sangat terbatas atau yang dikenal dengan istilah Seller’s Market.
Dalam posisi Buyer’s Market seperti sekarang, tidak ada pilihan bagi produsen kecuali bersaing dengan produsen lainnya dalam segala hal, Mulai dari kualitas barang, kualitas harga, kualitas saluran distribusi, dan kualitas pelayanan.
Tak hanya itu, konsep bisnis pun turut berubah total. Awalnya dari Product-out kemudian beralih ke Market-in concept.
Segala usaha dilakukan untuk mengetahui keinginan pasar dan menjadi dasar setiap langkah dan kebijakan perusahaan. Setiap keputusan yang diambil pun selalu berorientasi kepada pelanggan atau customer oriented.
Seperti apa konsep Product-out dan Market-in?
Perubahan konsep Product-out ke Market-in telah mengubah pola konsep harga menjadi konsep biaya. Harga tidak lagi ditentukan oleh produsen, tetapi oleh pasar.
Product-out: BIAYA + LABA = HARGA
Berapapun biayanya, laba produsen adalah tetap. Semua keborosan yang terdapat pada proses produksi dibebankan ke konsumen melalui kenaikan harga.
Market-in: HARGA – LABA = BIAYA
Berapapun biayanya, harga sudah ditentukan oleh konsumen (pasar). Produsen harus berjuang mengendalikan biaya produksinya untuk mendapatkan laba.
Dari uraian di atas, dapat dimengerti bahwa perubahan persaingan telah mengubah konsep pasar dan telah memaksa produsen untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya produksi melalui peningkatan produktivitas.
Pada keadaan ini, tuntutan kualitas dan produktivitas guna memenangkan persaingan semakin mutlak diperlukan demi kelangsungan hidup perusahaan.
Mengenal produktivitas dan kualitas
Produktivitas seringkali diartikan dengan meningkatkan hasil produksi agar prosesnya dapat berjalan dengan lebih efektif serta efisien. Produktivitas pun tak kerap diartikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan lebih cepat untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak.
Hal ini cukup berbeda dengan kualitas, di mana kualitas lebih mengedepankan semua proses dari awal sampai akhir dalam kondisi sempurna.
Dalam kata lain, kualitas lebih berfokus pada bekerja secara cermat untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin, dibandingkan dengan bekerja lebih berat atau lebih cepat.
Dengan begitu, kegagalan dalam proses produksi mampu menurun drastis, tetapi mungkin mengakibatkan output hasil produknya menjadi turun karena orang bekerja lebih lambat supaya lebih teliti.
Peningkatan produktivitas yang mengabaikan kualitas mampu berakibat fatal. Salah satunya yaitu berupa hilangnya kepercayaan customer akan produk atau layanan yang Anda berikan.
Dalam skala perusahaan, kejadian seperti ini bisa berakibat kebangkrutan karena seluruh customer dengan mudah direbut oleh pesaing.
Karena itu, Anda perlu memerhatikan kualitas produk sebelum meningkatkan produktivitas tim.
Pasalnya, jika produktivitas ditingkatkan tanpa diikuti dengan peningkatkan kualitas, maka kerja keras tim tidak akan mendapatkan output yang diinginkan oleh customer.
Ada istilahnya “Do it right at the first time”, lakukan dengan benar sejak awal. Melalui kualitas, Anda akan mendapatkan produktivitas, laba, semangat, reputasi, kebanggaan, dan kepuasan pelanggan.
Bulan kualitas di Jepang
Di dunia industri manufaktur Indonesia, bulan April pernah dicanangkan sebagai bulan produktivitas. Di Jepang sendiri tidak ada bulan produktivitas, namun mereka memiliki bulan kualitas yang jatuh pada bulan November.
Pada November, bendera “Q” , lambang dari QUALITY, dikibarkan sepanjang bulan oleh hampir semua pabrik. Pengibaran bendera “Q” ini dimaksudkan sebagai penekanan kembali atas ikrar seluruh pekerja pabrik Jepang untuk menomorsatukan kualitas.
QUALITY FIRST menjadi semboyan dari banyak pabrik di Jepang. Selama sebulan penuh, berbagai kegiatan mempromosikan usaha usaha perbaikan kualitas digelar di se-antero Jepang, termasuk kegiatan konvensi Quality Control Circle.
Selain itu, ada pula penghargaan tertinggi untuk perbaikan kualitas yang diberikan kepada perusahaan perusahaan yang menghasilkan perbaikan kualitas yang signifikan. Kontestasi semacam ini memberikan gairah positif bagi perindustrian untuk menaikkan level mutu mereka.
Kampanye kualitas di Jepang diarahkan untuk memacu semangat mementingkan kualitas di semua kalangan. Untuk mencapai kualitas yang maksimum, segala usaha harus dilakukan untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya kualitas di semua jajaran dan tingkatan perusahaan.
Peningkatan kualitas harus berorientasi pada kebutuhan konsumen. Bagi seorang pembeli akhir (end user), mereka menginginkan zero defect atau memiliki tuntutan kualitas sempurna 100%.
Tuntutan peningkatan produktivitas biasanya datang dari pemilik perusahaan karena berkaitan langsung dengan laba.
Namun, dalam era bisnis masa kini, pelanggan juga berkepentingan dalam hal produktivitas pemasok. Rendahnya produktivitas akan ditandai dengan sering terlambatnya pengiriman dari pemasok.
Indikasi lain dari pemasok yang produktivitasnya rendah adalah mereka akan selalu meminta kenaikan harga karena biaya produksinya tidak terkendali.
Tentu saja ini menjadi masalah yang memusingkan karena akan melemahkan daya saing. Oleh karena itu, pabrik besar biasanya akan membuat divisi supplier development atau supplier control untuk fokus pada pengembangan supplier dalam hal mutu dan produktivitas.
Perusahaan manufaktur yang peduli dengan produktivitas akan melengkapi organisasinya dengan bagian Industrial Engineering atau bagian Kaizen.
Bagian atau komite ini adalah orang ahli yang berada di luar proses yang bertugas mengkaji ulang proses produksi yang ada, termasuk tata letak, jenis mesin, dan secara terus menerus melakukan penyempurnaan untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang optimum.
Proses-proses yang ada harus selalu di-review untuk menghasilkan suatu perbaikan yang tepat dan menyeluruh.
Namun untuk bisa mendapatkan ide-ide perbaikan tentunya tim ini harus banyak mendapatkan referensi dari belajar teknologi baru atau melakukan benchmarking ke perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan teknologi yang lebih simple dan efektif
Kesimpulannya, produktivitas dan kualitas adalah dua pilar yang sangat penting namun kualitas adalah suatu prioritas atau tahapan pertama yang harus dicapai sehingga dengan pondasi kualitas kita bisa membangun produktivitas yang tinggi.
