Pada dasarnya, hal yang tidak bisa dihindari adalah aplikasi pengamplasan bingkai kayu (frame kayu) berpotensi memiliki masalah cross sanding.
Hal ini tak jauh berbeda dengan masalah pengamplasan yang sebelumnya sempat dibahas di artikel Pengamplasan Lawan Serat pada Pintu.
Akan tetapi, untuk pengamplasan bingkai kayu, bidang kerjanya lebih kecil dan lebih rumit. Sebab, profil yang diamplas lebih dalam dan bervariasi.
Inilah yang menyebabkan diperlukannya penanganan dengan kehati-hatian yang tinggi dalam menentukan kombinasi antara pilihan mesin dan setting-nya.
Tidak hanya itu, dalam membuat bingkai kayu, pemilihan amplasnya juga tak kalah penting.
Kombinasi antara pilihan mesin, bagaimana setting, hingga pemilihan amplas tersebut tidak bisa disamakan untuk setiap tahap produksi.
Bisa jadi pilihan kombinasi ketiga faktor ini nantinya akan berdampak pada borosnya penggunaan material amplas, atau menyebabkan hasil pengamplasan yang tidak memuaskan.
Salah satunya ialah timbulnya baret pada arah serat kayu yang melintang atau cross sanding.
Cross sanding pada pengamplasan bingkai kayu
Aplikasi pengamplasan untuk bingkai dalam bentuk batangan seperti bingkai foto kayu umumnya menggunakan profile sander.
Selain itu, jenis pasir amplas yang dipilih juga harus mengandung aluminium oxide dan memiliki ketajaman serta fleksibel yaitu RKJFO.
Sedangkan grit yang umumnya digunakan adalah #150, #180, dan #240. Setelah itu, prosesnya dilanjutkan pemolesan menggunakan non woven wheel dengan grit #240 dan #320.
Tujuannya adalah untuk membersihkan sekaligus mengangkat sisa-sisa serat kayu.
Penggunaan profile sander dan non woven wheel dapat juga digantikan dengan menggunakan flap wheel yang merupakan gabungan antara non woven wheel sheet dengan amplas.
Untuk yang satu ini, disarankan menggunakan grit #150, #180, #240, dan #320. Kedua pilihan proses ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengamplas celah-celah profil.
Jika batangan profil mentah langsung dirakit menjadi bingkai, maka aplikasi cross sanding untuk produk dengan permukaan rata dilakukan menggunakan mesin wide belt sander (WBS).
Kemudian, jika menggunakan mesin WBS, grit yang disarankan adalah #150 hingga permukaannya halus tanpa ada bekas guratan.
Sedangkan untuk sisi yang tak terjangkau mesin WBS, disarankan menggunakan edge sander dengan amplas yang memiliki backing kain dan aluminium oxide seperti Ekamant RKXO.
Setelah bagian yang diamplas melewati proses coating atau sealer, lakukan pengamplasan manual atau menggunakan tangan dengan amplas Ekamant EKASILVER grit #320.
Tahap selanjutnya yaitu proses pewarnaan atau stain pada permukaan.
Bingkai kemudian diamplas kembali dengan menggunakan amplas #400. Proses yang sama juga dapat dilakukan menggunakan profile sander dengan amplas flap wheel combi.
Flap wheel combi sendiri adalah kombinasi non woven dengan amplas sheet #320 dan #400.
Jika sudah selesai, bagian quality control (QC) akan melakukan pengecekan terakhir untuk memastikan hasil pengamplasan secara keseluruhan.
Jika hasilnya sudah maksimal dan sesuai dengan standar yang diinginkan, barulah bisa dilanjutkan dengan proses pengecatan tahap akhir atau toap coat.