
Pada mesin Wide Belt Sander (WBS), terkadang muncul kasus unik seperti sensor hanya mampu membaca backing amplas berwarna terang, sementara backing yang berwarna gelap tidak terdeteksi.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah masalahnya berasal dari amplas atau sensornya?
Untuk menjawab hal tersebut, setiap gejala perlu dianalisa secara menyeluruh agar solusi yang diterapkan benar-benar tepat.
Artikel kali ini akan menjadi artikel sharing tentang kasus-kasus yang ditemui di lapangan, dan pada kesempatan ini kita akan membahas salah satu kasus terkait masalah sensor yang tidak membaca backing gelap.
Di lapangan ditemukan kendala pada mesin WBS di mana sensor hanya merespons backing amplas berwarna terang. Ketika mesin dijalankan menggunakan backing amplas berwarna gelap, sistem osilasi tidak bekerja sama sekali.
Untuk memastikan penyebabnya, dilakukan percobaan sederhana dengan menempelkan lakban kuning pada bagian belakang amplas. Hasilnya cukup mengejutkan setelah lakban kuning dipasang, sensor langsung merespon dan sistem tracking kembali berjalan.
Namun sesekali amplas masih keluar jalur meskipun sudah diberi lakban, sehingga masalah belum sepenuhnya terselesaikan.

Untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut, tim Technical Support Ekamant datang langsung ke lapangan untuk melakukan pengecekan lebih mendalam.
Pendampingan seperti ini merupakan bagian dari komitmen Ekamant dalam memberikan dukungan teknis dan memastikan proses sanding berjalan optimal.
Analisa dan temuan teknis di lapangan
1. Jenis Sensor: Fotoelektrik Tipe Reflex

Hasil pengecekan dilapangan menunjukkan bahwa mesin menggunakan sensor foto elektrik tipe reflex, yaitu sensor yang bekerja dengan cara:
a. Memancarkan cahaya.
b. Menerima pantulan dari permukaan objek.
c. Mengolah pantulan tersebut menjadi sinyal untuk menggerakan sistem osilasi.
Sensor tipe ini tidak memiliki pengaturan terang/gelap, sehingga secara prinsip tidak seharusnya bergantung pada warna backing amplas. Artinya, masalah bukan semata-mata pada warna.
2. Respons Sensor dan Sistem Osilasi
Ketika dites menggunakan telapak tangan, sensor masih dapat memberikan respons. Akan tetapi, ditemukan bahwa:
- Gerakan osilasi piston sangat lambat, kurang dari 15 kali/menit,
- Padahal idealnya berada pada 20–25 kali/menit (tergantung mesin).
Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pneumatik, bukan pada sensor saja.
Analisa penyebab
Pengecekan lebih lanjut menemukan bahwa tekanan angin pada sistem osilasi kurang optimal.
Tekanan angin yang rendah membuat piston tidak mampu merespon sinyal lemah yang berasal dari pantulan objek yang kurang reflektif termasuk backing amplas gelap.
Kondisinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Pantulan dari backing gelap cenderung lebih lemah, sehingga sinyal ke sensor lebih kecil.
- Sensor sebenarnya menerima sinyal tersebut.
- Piston osilasi tidak mampu merespons karena tekanan angin di bawah standar.
- Ketika menggunakan lakban kuning yang lebih reflektif, sinyal menjadi lebih kuat sehingga osilasi sesekali bisa bekerja, tetapi tetap belum stabil.
Dengan kata lain, masalah utama bukan pada warna amplas atau sensornya, melainkan kombinasi sinyal pantulan yang lemah ditambah tekanan angin yang tidak ideal.
Solusi
Lakukan penyetelan pada tekanan angin osilasi sebagai langkah pertama dalam memastikan sistem tracking bekerja optimal.

Pada sistem osilasi mesin Wide Belt Sander, terdapat dua buah flow control valve seperti pada gambar. Kedua pengaturan ini berfungsi mengatur kecepatan gerakan piston ke arah kiri dan ke arah kanan.
Dengan membuka atau menutup valve tersebut, aliran udara menuju piston dapat diperlambat atau dipercepat, sehingga ritme osilasi dapat disesuaikan hingga mencapai frekuensi ideal (20–25 kali per menit).
Settingan yang tepat pada kedua valve ini memastikan gerakan tracking tetap responsif, stabil, dan mampu mengikuti sinyal pantulan dari sensor, termasuk ketika membaca backing amplas berwarna gelap.
Setelah tekanan angin pada sistem osilasi disesuaikan hingga berada pada level ideal:
1. Frekuensi tracking kembali normal yaitu 20 – 25 kali per menit,
2. Sensor dapat merespon pantulan lemah dari backing gelap,
3. Pergerakan amplas stabil tanpa perlu trik seperti menempelkan lakban kuning.
Solusi ini mengembalikan fungsi tracking ke kondisi optimal dan menghilangkan masalah “sensor tidak baca warna gelap”.
Kesimpulan
Kasus ini menunjukkan bahwa masalah yang terlihat seperti kendala pada “warna backing” ternyata berasal dari pengaturan pneumatik yang kurang optimal.
Pada sensor fotoelektrik reflex, intensitas pantulan cahaya memang dapat berbeda antara warna terang dan gelap, tetapi kinerja osilasi yang lemah akibat tekanan angin yang kurang memperburuk respon terhadap sinyal pantulan yang rendah.
Dengan memastikan:
1. Settingan angin pada sistem osilasi sesuai,
2. Frekuensi osilasi berada pada 20–25 kali/menit,
3. Sensor bersih dan dalam posisi tepat.
Maka mesin dapat melakukan tracking dengan baik, bahkan pada amplas dengan backing gelap.
Setiap mesin memiliki jenis sensor dan karakter kerja yang berbeda-beda. Karena itu, ketika ditemukan masalah seperti sensor yang tidak membaca backing gelap, langkah terpenting adalah mengenali terlebih dahulu jenis sensor yang digunakan serta karakteristik sistem osilasinya.
Setelah itu, lakukan pengecekan lebih lanjut pada seluruh rangkaian, mulai dari respons sensor, kondisi pneumatik, hingga stabilitas tracking, agar penyebab sebenarnya dapat ditemukan dan solusi yang diterapkan benar-benar efektif.
