
Mengawali karier sebagai seorang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada 2008 di Kementerian Perindustrian, Peni Shoffiyati atau yang lebih akrab disapa Peni, mengabdikan dirinya sebagai seorang dosen di Politeknik ATI Padang sebagai penempatan pertamanya.
Selang 10 tahun, Peni yang merupakan orang Jawa Tengah asli ini mendapatkan kesempatan untuk berpindah tugas ke Kendal.
Tawaran tersebut diberikan kepada Peni saat Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (Polifurneka) Kendal baru berdiri pada 2018.
“Di Kendal, pertama kali saya menjadi pembantu direktur 2 di bagian umum keuangan, kepegawaian, serta sistem pengawasan internal,” ujarnya ketika mengenang kembali sedikit masa-masa berjuang di awall kepindahannya ke Polifurneka Kendal kepada tim WOODMAG.
Setelah 5 tahun, pada 2023, satu masa jabatan Direktur Polifurneka Kendal pertama selesai. Saat itu, pemilihan direktur kembali dibuka dan Peni mendaftarkan diri hingga terpilih sampai kini.
Namun, meski memiliki pengalaman dan jam terbang yang cukup lama di bidang pendidikan di industri ini, Peni menekankan bahwa tantangan dunia pendidik di furnitur sangatlah luar biasa.
Apalagi mengingat sebagian besar dari dosen yang mengajar tidak memiliki background dengan fokusnya hanya di furniture.
”Jadi, proses belajar itu harus dilakukan terus menerus, karena background-nya ada yang kehutanan, arsitek, tidak murni untuk industri furnitur. Memang harus terus banyak belajar dan berprogres untuk bersinergi dengan industri,” jelas Peni kepada Woodmag Magazine.
Tak hanya itu, permintaan akan Sumber Daya Manusia (SDM) di industri furnitur juga semakin banyak. Bahkan, bisa dikatakan kebutuhan industrinya masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerjanya.
Maka itu, Polifurneka Kendal hadir sekaligus menjadi jawaban bagi industri ini untuk mendapatkan talenta terbaik di bidang yang selaras dengan kebutuhannya.
Bukan hanya jadi tujuan, hal ini terbukti dengan lulusan Polifurneka di angkatan 2018 yang kini 100% terserap industri.
“Artinya memang kebutuhan di industri furniture begitu banyak, tetapi kapasitasnya dari kami sendiri untuk meluluskan alumni itu masih terbatas,” tambahnya.
Sistem pembelajaran bergandengan dengan industri
Lahir dari inisiasi industri, khususnya yang berada di Jawa Tengah, Polifurneka pun punya sistem pembelajaran yang bergandengan erat dengan kebutuhan industri di lapangan.
Bisa begitu karena pada 2016-2017 silam, beberapa industri di Jawa Tengah berkumpul & berdiskusi mengenai kebutuhan SDM di furnitur yang makin banyak tapi tidak beriringan dengan skill-nya.
Maka dari itu, muncul inisiasi dari Kementerian Perindustrian untuk menjadikan suatu unit pendidikan yang membidangi atau spesifik di bidang furnitur.
Alhasil, politeknik ini pun unggul lewat penyusunan kurikulum yang melibatkan industri untuk menutup jarak signifikan antara kebutuhan lapangan & kemampuan SDMi.
“Kita menggunakan pembelajaran dual system, di mana dari penyusun kurikulum sampai penyerapan bermitra dengan industri,” jelas Peni.
Bahkan, Peni juga mengatakan bahwa Polifurneka Kendal juga sangat melibatkan industri dari segi pembelajaran dengan mengajak para praktisi untuk menjadi tim teaching.
Selain para mahasiswa mendapatkan materi yang lebih detail dan jelas, peminat anak didiknya pun meningkat seiring dengan naiknya permintaan industri.
“Kami kewalahan di prodi manajemen bisnis industri furnitur. Walau sebenarnya untuk kebutuhan industri malah banyak di teknik dan desain. Desain di tahun kemarin banyak sekali permintaannya, karena di industri furnitur biasanya posisi desain dipegang orang luar,” akunya.
Optimis tingkatkan kualitas dan kuantitas mahasiswa
Keterikatan dengan industri serta melihat lebih jelas kebutuhannya, mendorong Polifurneka untuk terus meningkatkan sistem pembelajaran demi terus menghasilkan lulusan berkompetensi terbaik di industri furnitur.
“Kalau untuk kualitas, kebutuhannya jelas masih kurang. Maka dari itu kita optimis ketika menambah kapasitas mahasiswa, tujuannya untuk menyediakan SDM yang kompeten di bidang furnitur,” terang ibu dari tiga orang anak ini.
Jika melihat dari sisi kualitas mahasiswanya, Peni mengaku bahwa dari sebelum lulus wisuda, rata-rata 93% sudah terserap industri.
Salah satu alasannya karena politeknik ini menggunakan pembelajaran sistem blok atau menggunakan dua sistem.
“Kita bersinergi dengan industri untuk semester pertama sampai ketiga, itu masih berada di kampus. Semester empat dan lima kita di industri, magang di industri. Semester enam itu biasanya mereka sudah direkrut,” jelas Peni.
Harapan industri yang makin tinggi terkait SDM juga membuat ekspektasi lulusan Polifurneka Kendal meningkat.
Karena itu, Polifurneka membuat program studi khusus untuk desain furnitur demi menjawab tantangan sekaligus ekspektasi industri.
Melalui program ini, dari segi desain sendiri, para alumni sudah bisa menginterpretasikan apa yang diinginkan oleh customer.
Selain itu, tahun ini Polifurneka Kendal juga menjadi tuan rumah talent camp pelatihan software desain bertaraf internasional yang akan diikuti peserta se-ASEAN. Talent camp ini akan digelar selama 5 hari dengan goals desain yang dibuat agar bisa diwujudkan menjadi produk nyata.
Hal ini selaras dengan apa yang Polifurneka terapkan hingga kini yaitu proyek best learning dengan mengakomodir apa yang diminta industri.
“Mengerjakan proyek bukan hanya output produk, tetapi kompetensi di tiap mata kuliah yang akan dicapai juga harus dilihat,” terang Peni.
Peni juga menjelaskan bagaimana program studi manajemen bisnis menjadi salah satu yang sangat dicari industri saat ini, terutama dari lulusan Polifurneka Kendal.
Pasalnya, industri lebih suka merekrut SDM bidang marketing yang sudah punya knowledge tentang industri furnitur, maka itu lulusan manajemen bisnis Polifurneka Kendal cukup dicari.
“Karena prodi manajemen bisnis industri furnitur di kita selain manajemennya, juga tahu tentang furniturnya. Jadi ketika memasarkan, mereka sedikit banyak tahu tentang teknisnya. Artinya masih dibutuhkan oleh industri furnitur, bisa meningkatkan kompetensi dari SDM-nya,” tutupnya.
