
Dikenal karena memiliki daya tahan yang baik dan style-nya yang menarik, lantai kayu keras atau hardwood telah menjadi pilihan utama selama ratusan tahun.
Namun, pohon kayu keras yang tumbuhnya lambat tidak bisa memenuhi permintaannya yang semakin tinggi. Maka itu, solusinya ialah kayu rekayasa atau engineered hardwood flooring.
Tidak seperti lantai kayu keras asli yang terdiri dari papan kayu solid, lantai kayu keras rekayasa terdiri dari lapisan kayu keras tipis yang direkatkan dengan kayu rekayasa.
Pasalnya, kata “rekayasa” di sini merujuk pada istilah teknis untuk papan kayu yang telah dibentuk menggunakan potongan kayu dan perekat.
Meski ada banyak jenis kayu olahan, yang paling umum adalah kayu lapis. Berikut perbandingan serta pro dan kontra kayu jenis ini dibandingkan dengan kayu keras asli.
Pro menggunakan lantai kayu keras rekayasa
- Biaya
Jika dibandingkan dengan kayu keras asli, rekayasa hampir selalu memiliki harga lebih rendah.
Namun, ada juga kayu keras rekayasa yang memiliki harga lebih tinggi dibandingkan hardwood asli. Misalnya, lantai kayu rekayasa yang menggunakan kayu eksotis berkualitas tinggi mungkin akan lebih mahal daripada lantai kayu dari pohon ek standar.
Selain itu, pemasangan lantai kayu keras rekayasa juga lebih menghemat biaya dan waktu, karena lebih cepat dipasang karena bentuknya sudah siap pasang.
- Tahan terhadap lengkungan dan retakan
Karena konstruksinya, lantai kayu keras rekayasa lebih tahan terhadap lengkungan dan retakan akibat lantai terpapar kelembaban dan variasi suhu tertentu.
- Pemasangan
Lantai kayu olahan rata-rata jauh lebih mudah dan cepat dipasang daripada kayu keras asli, menjadikannya solusi lantai DIY yang menarik.
Bahkan, banyak opsi lantai kayu rekayasa yang disambung menggunakan pengunci, jadi Anda tidak memerlukan pengencangan khusus sehingga pemasangan menjadi lebih efisien.
Kontra menggunakan lantai kayu keras rekayasa
- Pemolesan ulang yang terbatas
Tidak seperti kayu keras pada umumnya yang dapat dipoles ulang berkali-kali, lantai kayu rekayasa memiliki keterbatasan pemolesannya.
Bahkan, lantai kayu rekayasa dengan kualitas tinggi hanya dapat dipoles ulang sekitar tiga kali, sementara opsi yang lebih murah terbatas hanya satu kali.
- Rentan memudar
Kayu rekayasa rentan memudar, apalagi jika terlalu sering terkena paparan sinar matahari. Meskipun hal ini juga berlaku untuk banyak jenis kayu keras, hal ini lebih mengkhawatirkan untuk lantai rekayasa karena keterbatasan pemolesan ulangnya.
- Resiko pelepasan gas VOC
Selain itu, karena lantai rekayasa dibuat dengan perekat dan bahan kimia, ada risiko pelepasan gas VOC (Volatile Organic Compound). Ini terjadi ketika VOC (senyawa organik yang mudah menguap) dilepaskan dari lantai setelah pemasangan.
Meski ini terkadang bukan masalah utama lantai rekayasa, jenis yang lebih murah biasanya lebih rentan terhadap pelepasan gas.
Perhatikan baik-baik petunjuk produsen dan cari lantai dengan label VOC rendah atau tanpa VOC.
3 macam lantai kayu rekayasa
- Kayu veneer laminasi
Dikenal juga sebagai LVL, ini adalah salah satu jenis kayu rekayasa terkuat. Produk ini berdensitas tinggi yang terbuat dari lapisan resin, lem, dan beberapa bahan kayu.
Kelemahannya adalah LVL hanya dapat ditata dalam satu arah karena dibuat dengan susunan serat kayu tertentu.
- Plywood
Kayu ini ekonomis, tipis, dan fleksibel, sehingga ideal untuk diletakkan di berbagai arah.
Plywood dirancang untuk direkatkan, jadi pertimbangkan hal itu saat mengerjakan lantai Anda, terutama jika ada celah atau ruang sempit di sudut-sudut ruangan, karena kayu lapis cenderung menyusut dan mengembang akibat kelembaban dan suhu ekstrem.
- Composite board
Terbuat dari serat kayu dan plastik serta lilin dan resin, kayu rekayasa dengan kepadatan sedang ini adalah salah satu yang paling murah di pasaran.Jenis kayu ini juga dapat digunakan dalam desain rumah sustainable atau green architecture karena sebagian besar papan dan lembarannya dapat didaur ulang atau dibuat dengan bahan daur ulang.
