
Memiliki minat dengan hal-hal teknis dan kerja yang berdampak langsung membuat Azhar Fitri, atau yang lebih akrab disapa Azhar kini menjabat sebagai Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN).
Menurut Azhar, salah satu hal yang sangat disukai dari pekerjaannya sekarang yaitu mampu melihat hasil kerja tim yang bisa langsung dirasakan oleh industri.
“Misalnya ada pelaku industri yang berhasil naik kelas karena layanan dari kami, itu rasanya memuaskan,” jelas Azhar saat diwawancarai tim Woodmag Magazine belum lama ini..
Simak kisah lengkap lika-liku perjalanan kariernya, pandangannya seputar industri keramik dan nonlogam, hingga industri perkayuan di Indonesia serta global berikut ini!
Q: Bagaimana awal mula Bapak Azhar berkarier di BBSPJI Keramik & Mineral Nonlogam?
A: Saya memulai karier di Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII).
Di sana, saya terlibat dalam penyusunan rekomendasi kebijakan dan kajian pengembangan industri, peluang dan tantangan industri nasional di kancah internasional, termasuk mendorong akses dan daya saing industri strategis nasional.
Dari pengalaman tersebut, saya jadi memahami tantangan di sektor industri dari sisi hulu ke hilir, termasuk pentingnya peran layanan teknis dan standardisasi.
Ketika ada kesempatan bergabung di BBSPJI Keramik & Mineral Nonlogam, saya melihatnya sebagai peluang untuk berkontribusi langsung pada penguatan daya saing industri dari sisi teknis. Perjalanan ini berlanjut hingga saya dipercaya memimpin lembaga ini.
Q: Lalu, seperti apa tugas serta tanggung jawab Bapak sebagai Kepala BBSPJIKMN?
A: Tugas utama saya adalah penguatan kapasitas lembaga, memastikan lembaga ini berjalan baik dalam memberikan layanan kepada industri, khususnya di bidang standardisasi, pengujian, sertifikasi, dan konsultansi teknis dalam pembinaan industri keramik dan mineral nonlogam agar mampu bersaing di era industri 4.0 serta bertransisi menuju industri hijau dan hemat energi.
Di sisi internal, saya mendorong penguatan SDM, pembaruan peralatan laboratorium, serta pengembangan sistem pelayanan publik berbasis digital.
Selain itu, saya pun mengedepankan kolaborasi dengan mitra strategis sebagai jembatan antara regulasi pemerintah dan kebutuhan praktis industri, aktif menjalin kemitraan dengan lembaga terkait, dunia usaha, asosiasi industri, dan lembaga internasional.
Q: Seperti apa tantangan yang dihadapi sebagai Kepala BBSPJIKMN?
A: Bagaimana menjaga relevansi layanan kami dengan kebutuhan industri yang terus berkembang dan semakin beragam.
Industri saat ini semakin dinamis, di mana ada sektor-sektor yang telah mengadopsi teknologi baru, sementara ada pula yang masih membutuhkan pendampingan dan bantuan dalam hal penerapan standar dan pengujian.
Beberapa tantangan yang kami hadapi saat ini yakni kebutuhan standardisasi yang cukup responsif terhadap perkembangan produk baru, seperti standar produk amplas dan papan gypsum, yang mampu memperkuat daya saing industri nasional, serta memastikan kualitas dan keselamatan produk yang beredar di pasar.
Q: Bagaimana tantangan yang berkaitan dengan industri woodworking Indonesia?
A: Tantangan utama tentu datang dari bagaimana kami bisa terus adaptif dan relevan terhadap kebutuhan industri, termasuk industri woodworking yang secara tidak langsung turut kami layani—khususnya melalui layanan pengujian dan sertifikasi amplas yang menjadi salah satu komponen penting dalam proses finishing kayu.
Selain itu, tantangannya ialah mendorong pelaku industri agar semakin menyadari pentingnya kualitas alat bantu seperti amplas, yang sering dianggap sepele, padahal sangat berpengaruh terhadap hasil akhir produk.
Kami juga perlu menjembatani kesenjangan antara pelaku industri dan perkembangan teknologi terbaru. Banyak pelaku industri—terutama skala kecil dan menengah— belum familiar dengan teknologi pengujian modern atau pentingnya sertifikasi dalam meningkatkan daya saing produk.
—
Ketika membahas kondisi pasar keramik dan mineral nonlogam, Azhar menegaskan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib menjadi faktor penting dalam memperkuat kondisi pasar produk keramik Indonesia. Pasalnya, dengan standar yang lebih ketat, produk keramik dalam negeri diharapkan bisa semakin kompetitif, baik di pasar domestik maupun internasional.
Q: Lantas, bagaimana kondisi pasar keramik & mineral nonlogam?
A: Dari sisi ekspor, meski persaingan global tetap ketat, produk keramik Indonesia semakin diterima di pasar internasional berkat penerapan standar yang semakin tinggi.
Peluang pasar ekspor terutama ke negara ASEAN masih sangat strategis karena dukungan jumlah populasi yang besar sekitar 680 juta jiwa yang memiliki kebutuhan keramik sebesar 1,2 miliar meter persegi (m²) per tahun.
Mengenai dampak kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap industri keramik nasional tidak terlalu mengkhawatirkan.
Namun sebaliknya, industri keramik nasional perlu mewaspadai serius ancaman lonjakan impor keramik dari Tiongkok, India, dan Vietnam akibat pengalihan ekspor keramik negara-negara tersebut ke AS pasca-penerapan tarif imbal balik.
—
Meski industri ini terus mengalami perkembangan, tetapi tidak dimungkiri, masih ada beberapa hal penting yang sering kali diabaikan, terutama oleh para pelaku industrinya. Karena itu, Azhar menekankan perlu adanya komunikasi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mendorong perkembangannya dengan lebih baik.
Q: Seperti apa contoh hal penting yang kerap terabaikan?
A: Banyak pelaku industri yang masih belum menganggap penting proses pengujian dan sertifikasi, terutama pelaku UMKM. Padahal itu penting sebagai jaminan mutu.
Selain itu, aspek keberlanjutan, seperti pengelolaan limbah dan penggunaan energi, masih belum jadi perhatian utama padahal ini akan menjadi tuntutan pasar ke depan.
Tak kalah penting, adopsi teknologi dan digitalisasi/INDI 4.0 di sektor manufaktur keramik juga masih rendah, padahal ini bisa menjadi pendorong efisiensi dan daya saing.
Perlu ada sinergi lebih kuat antara asosiasi, pemerintah, akademisi dan pelaku industri untuk mendorong transformasi ini secara menyeluruh.
Q: Apa saja yang masih bisa dikembangkan untuk kemajuan industri ini?
A: Peran standardisasi masih yang penting untuk ditingkatkan, di mana hal ini menjadi referensi sektor industri untuk menetapkan parameter kualitas produk. Hal ini wajib dilakukan agar produk keramik dapat memenuhi standard dan bersaing di pasar global.
“Kolaborasi ini diperlukan dalam rangka memfasilitasi dan mendukung daya saing industri nasional untuk memperkuat taring industri keramik dan mineral nonlogam di kancah global,” pungkasnya.