Mengenal Perbedaan Make to Order dan Make to Stock

Strategi adalah hal krusial dalam berbisnis, termasuk tahu kapan saat harus melakukan make to order atau justru make to stock serta perbedannya demi mendapatkan keuntungan.

Salah satu contoh paling mudah untuk menjadikannya pertimbangan adalah dengan melihat kondisi inventory atau gudang. 

Jika banyak produk yang menumpuk di dalam gudang, mungkin ini saat yang tepat untuk Anda mengubah strategi dari make to stock menjadi make to order.

Dengan begitu, Anda tidak akan lagi menyimpan banyak stock yang kemungkinan akan membuat produk tersebut menjadi waste jika tidak terjual untuk waktu yang lama.

Salah satu hal yang penting sekali untuk diingat yaitu bisnis harus bisa bersifat fleksibel, tergantung dengan kondisi yang sedang dihadapi. 

Jadi, Anda perlu mempersiapkan diri jika harus berpindah dari satu strategi ke strategi lain untuk memenuhi kebutuhan customer.

Pengertian Make to Order dan Make to Stock

Lalu, apa itu make to order? Ini merupakan sebuah strategi sebuah bisnis membuat produk berdasarkan pesanan dari customer-nya. 

Dalam kata lain, customer harus menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan produk yang dipesan.

Salah satu keunggulan dari strategi ini yaitu customer memiliki kesempatan untuk memesan produk sesuai dengan apa yang mereka mau atau customized order

Dengan begitu, customer mampu memilih sendiri spesifikasi yang mereka butuhkan dari Anda.

Namun, jika tidak ada pesanan yang masuk, maka produksi tidak akan dijalankan. Pasalnya, produksi baru akan berjalan jika ada pesanan dari customer

Maka dari itu, Anda perlu menetapkan deadline produk selesai produksi dan target produk akan diterima oleh customer agar tidak memakan waktu yang terlalu lama.

Berbeda dengan make to order, make to stock adalah produk yang memang diproduksi terlebih dahulu untuk memenuhi stock. Banyaknya stock yang disiapkan bergantung pada perkiraan permintaan customer yang mungkin sewaktu-waktu akan meningkat.

Meski tampak lebih ‘siap’, tetapi make to stock memiliki kekurangannya sendiri karena beresiko memiliki dampak yang besar bagi perusahaan jika terjadi sedikit saja kesalahan kalkulasi.

Pasalnya, strategi ini dapat menimbulkan dead stock, kekurangan stock, atau excess inventory.

Keuntungan dan Kekurangan Make to Order

Make to order memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

  • Mengurangi waste: Selain mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk material yang dipakai, penggunaan bahan juga berkurang karena hanya menggunakan seperlunya.
  • Area gudang barang menjadi lebih rapi: Penyimpanan barang jadi yang semakin kecil bahkan bisa dihilangkan kalau semua produk bisa diperlakukan make to order.
  • Produk bisa di-customized: Customer berkesempatan untuk personalized shopping experience dan menentukan produk sesuai dengan kebutuhan mereka.

Selain itu, make to order memiliki beberapa kekurangan juga, seperti:

  • Permintaan yang tidak teratur: Mungkin Anda akan mendapatkan banyak pesanan ketika memasuki peak season. Namun, Anda juga dapat berada di posisi sepi pesanan. Hal ini akan cukup berisiko untuk mengatur kapasitas produksi.
  • Perencanaan pengadaan material sulit: Akan sulit menghitung persediaan (buffer stock) material yang harus disediakan karena tidak ada kepastian jumlah order dan jenis produk yang di-order.
  • Waktu tunggu customer: Usahakan tidak terlalu lama membuat customer menunggu untuk mendapatkan produk yang mereka pesan. Pasalnya, hal seperti ini dapat berakibat buruk bagi bisnis Anda.

Keuntungan dan Kekurangan Make to Stock

Make to stock sendiri memiliki beberapa keuntungan, seperti:

  • Resources merata: Karena memproduksi produk berdasarkan perkiraan demand, Anda jadi memiliki keleluasaan untuk memaksimalkan efisiensi resources yang digunakan. Tak hanya itu, beban kerjanya pun bisa diatur sehingga lebih merata.
  • Perencanaan produksi lebih matang: Strategi ini mengharuskan Anda membuat schedule pasti sehingga workflow lebih teratur.
  • Waktu tunggu customer singkat: Begitu customer datang untuk membeli, mereka bisa langsung mendapatkan produknya.

Namun, ada pula kekurangannya, yaitu:

  • Sulit memprediksi tren penjualan: Pasalnya, Anda sudah memiliki patokan data penjualan berdasarkan experience sehingga sering kali hanya memperhitungkan asumsi datangnya peak season.
  • Inventory level juga sulit diprediksi: Karena bergantung pada berbagai asumsi, maka cukup sulit untuk memperkirakan inventory level. Jika stock barang semakin banyak, Anda pun perlu menyediakan gudang barang yang lebih luas juga.
  • Inovasi menjadi lebih lambat: Hal ini dikarenakan Anda harus mempertimbangkan stock lama yang sudah terlanjur dibuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *