Dedy Rochimat, VIVERE Group: Kepercayaan Customer, Jalan Menuju Kesuksesan!

Sebelum VIVERE Group menjadi seperti saat ini, Dedy Rochimat mendirikan perusahaan ini dan memulai semua langkahnya dari keinginan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik.

Sebagai founder sekaligus CEO & Chairman VIVERE Group, pria yang akrab disapa Dedy ini memulai segala usahanya dari nol besar dengan ambisi yang besar.

Ingin terus memanfaatkan kemampuan & keahliannya dalam membangun bisnis, ketekunan Dedy dimulai sejak masih di bangku kuliah bersama temannya.

Perjalanan bisnisnya dimulai sekitar 1979-1981, tetapi pada saat itu, ia hanya membantu temannya menjalani beberapa pekerjaan dan proyek di bidang general contractor.

Lalu memasuki 1984, VIVERE Group mulai berdiri dan memiliki legalitasnya sendiri menjadi sebuah perusahaan. 

Ketika memutuskan untuk mendirikan bisnis sendiri pun, perjalanan yang ditempuh Dedy tidak mudah hingga di awalnya dia juga sempat dipinjamkan tempat oleh temannya. Sebuah ruangan kecil di Jalan Latumenten, Jakarta dijadikan kantor dan workshop

Namun, karena saat itu tidak bisa mengetik, Dedy pun merekrut sekretaris dan akhirnya ada yang membantunya untuk beli-kirim barang.

Rasa takut menjadi salah satu musuh utama yang kerap muncul di awal bisnisnya. Ketakutan akan tidak adanya lagi pesanan atau proyek yang masuk bukanlah hal baru untuk Dedy.

“Setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, pasti bertanya “Habis ini ada lagi tidak ya?” karena akan ada kemungkinan tidak ada lagi pekerjaannya,” ujarnya sambil tertawa sedikit. 

Namun, keinginan untuk terus berusaha akan membuka jalan ke pekerjaan lain. Itulah keyakinan yang terus dipegangnya hingga VIVERE Group menjadi perusahaan besar seperti sekarang.

“Kita juga berusaha untuk bisa dipercaya sama orang. Kalau dipercaya, lama-lama kita akan terus diberikan rezeki juga melalui orang-orang itu. Kita juga harus mendapatkan kepercayaan dari customer. Semua harus make money tapi bukan dengan berbohong,” tegasnya.

Mulai dari service kecil hingga all-in

Membangun bisnis dari nol tidak hanya memerlukan keyakinan besar, tetapi kesabaran untuk menjalaninya dengan perlahan dengan percaya bahwa bisnis pelan-pelan terus meningkat. 

Hal ini pun tercermin dari jawaban Dedy saat membahas perkembangan bisnisnya. Awalnya, bisnis yang sebesar ini Dedy mulai dengan bikin kantor dengan mebelnya yang masih sedikit. 

Saat itu, persaingan di bidang ini juga terbilang masih sedikit. Kemudian banyak gedung besar muncul, bisnisnya pun mulai mendukung kontraktor besar untuk bikin perlengkapan gedungnya seperti cupboard, partisi. Lambat laun, baru ia mulai merambah bikin interior dan mebel.

Salah satu turning point dalam pengalaman berbisnisnya ialah ketika Dedy dan teman-temannya berkolaborasi membangun booth Toyota untuk acara launching model kijang baru yang saat itu sudah menggunakan teknologi full press body.

“Kita juga bantu Toyota untuk launching single show pada 1986. Itu proyek cukup besar dan dikerjakan oleh kita yang masih anak-anak, saya juga masih di bawah 30 tahun ketika dapat proyek itu. Bersama dengan teman-teman kita bikin dan sukses dengan Toyota,” ungkapnya.

Dari momen itu, Dedy mulai mendapatkan banyak pameran dari Toyota dan diberikan kesempatan bekerja lebih banyak, hingga mengerjakan showroom improvement.

Memasuki masa-masa ketika ekonomi Indonesia mengalami kesulitan luar biasa pada 1998, Dedy bercerita bagaimana ia akhirnya bisa memutuskan untuk mempertahankan para karyawannya dan tidak melakukan layoff sama sekali.

“Kami salah satu yang mendapatkan keuntungan dari naiknya dolar pada saat itu lewat beberapa proyek-proyek besar. Jadi, mereka yang punya dollar ketika dijadikan ke rupiah semakin besar, mereka bisa punya tempat, gedung, dan kontrak dalam waktu panjang dengan harga lebih murah,” ujar Dedy.

Dari situ, mulailah VIVERE Group memperluas lini bisnisnya ke arah lifestyle jadi kebutuhan rumah. Ia menambahkan, “Karena kita lihat uang kalau tidak digunakan untuk bikin kantor, orang mungkin akan merenovasi rumah hingga isi rumahnya.”

Mulai dari situ, akhirnya VIVERE Group memiliki home division, menjalani perkembangan bisnis yang juga bertahap dari kontraktor interior, panel, mechanical, electrical, hingga office furniture.

Dedy menjelaskan, “Bisa bikin partisinya, interiornya, isi furniture-nya, sampai workstation-nya, kursi kerja, karpet, mechanical, electrical, semuanya bisa kami lengkapi dengan in-house, bukan sebagai sub-kontraktor dan sebagainya.”

Zaman berkembang, bisnis harus terus improve!

Ketika ditanya tentang tantangan berbisnis, Dedy mengatakan dirinya juga mengalami perbedaan dulu hingga sekarang. Apalagi perkembangan teknologi yang sangat berbeda jauh.

Saat ini semua informasi dapat dengan mudah diakses melalui internet, karena itu bisnis dituntut lebih profesional supaya tidak takut dengan penyebaran informasi yang sangat cepat.

“Semua kita improve terus mulai dari manajemen harus bisa terus berkembang. Saingan juga semakin ketat, gimana kita bisa lebih maju dari kompetitor kita? Itu yang kita coba kembangkan lebih lagi,” jelas Dedy.

“Kalau kita lihat barang impor kan luar biasa berdatangan terus. Kita juga mau bisa jadi tuan rumah di negara kita sendiri dan punya produk-produk yang bisa diandalkan di dalam negeri, di multinasional company maupun nasional,” terang Dedy.

Maka dari itu, Dedy memiliki mimpi yang tegas dan pasti untuk VIVERE Group agar mampu menjadi one of the best interior contractors, the best office furniture company di Indonesia. 

Tak hanya itu, ia juga menegaskan, bisnis tidak semata-mata untuk mendapatkan profit, melainkan integritas untuk terus mendapatkan kepercayaan customer karena kualitas produk. 

Dengan begitu, produk tak hanya memberikan keuntungan bagi perusahaan dan para pegawai yang turut menggantungkan hidup di dalamnya, tetapi juga manfaat untuk orang lain.

“VIVERE itu ibaratnya sebuah pohon besar yang berakar kuat. Bertumbuh menjadi besar dan berbuah banyak. Bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi juga untuk sekeliling kita,” pungkasnya. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *